Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran bagi seorang guru atau pendidik sangat diperlukan, karena pembelajaran tanpa evaluasi tentu saja akan kurang maksimal. Evaluasi pembelajaran diperlukan karena seorang guru sedang berhadapan dengan manusia yang memiliki kompleksitas persoalan.

Persoalan-persoalan yang biasanya terjadi pada anak didik yang bisa dijadikan sebagai acuan Evaluasi pembelajaran

1. Kemampuan konsentrasi
2. Masalah keluarga (ekonomi, perceraian, lingkungan yang buruk)
3. Peraturan sekolah (penerapan kedisiplinan)
4. Persepsi masyarakat terhadap sekolah dan lembaga pendidikan.
5. Cerita-cerita dari kakak kelas tentang proses pembelajaran.



1. Kemampuan Konsentrasi 

Kemampuan konsentrasi rata-rata anak antara 15 - 30 menit pada saat mendengarkan ceramah. Untuk itu seorang guru harus mengkombinasikan materi dengan ice breaking saat menyadari anak didik sudah mulai bosan. Pemberian ice breaking ini tentu saja membuat anak jadi sedikit mendapatkan materi pembelajaran. Karena seorang guru tidak mungkin melanjutkan pembelajaran saat anak bosan dan tidak tertarik pada mata pelajaran.

2. Masalah Keluarga (ekonomi, perceraian, lingkungan yang buruk)

Pada siswa yang tidak mengalami kondisi nomor 2  ini tentu hal ini tidak perlu dipertimbangkan, tapi bila siswa kita mayoritas mengalami ini maka hal ini sangat berpengaruh. 
Masalah ekonomi bisa saja anak-anak tidak bisa  berangkat ke sekolah dengan tenang karena, bisa jadi ada di antara siswa kita yang belum sarapan. Ada yang datang kelelahan karena harus berjalan atau naik  kendaraan secara gratisan untuk sampai ke sekolah.
Lingkungan yang buruk, misalnya mereka hidup di lingkungan yang pemahaman akan pentingnya ilmu sangat kurang. Mereka beranggapa bila datang ke sekolah dan bisa lulus merupakan suatu jalan yang tepat untuk mendapatkan pekerjaan. Jadi tujuan mereka adalah untuk mendapat ijazah semata tanpa peduli atau tidak mau tahu bahwa mereka harus mendapatkan pengetahuan atau menguasai pengetahuan untuk bisa lulus.

3. Peraturan sekolah yang longgar ataupun ketat bisa berpengaruh besar terhadap pola pikir anak. Peraturan sekolah yang longgar, permisif, terhadap tindak pelanggaran bisa jadi menjadikan anak berfikir bahwa segala sesuatu itu mudah. Naik kelas itu mudah, lulus itu mudah hanya harus datang, membayar, dan akhirnya dapat ijzah. Sungguh pola pemikiran ini telah melemahkan generasi muda.

4. Persepsi Masyarakat terhadap sekolah dan lembaga pendidikan

Banyak sekali di sekitar kita berpendapat sekolah tinggipun belum tentu mendapatkan pekerjaan yang layak. lulusan smk atau SMK  hanya bisa jadi buruh , penjaga Pom bensi, karyawan toko dan lain-lain. S1 bisa saja jadi sales, kasir dan lain-lain. Yang miris setingkat sarjanapun sering mendapatkan pekerjaan yang tidak lagi sesuai dengan bidang ilmu yang dipelajarinya di bangku universitas. 

5. Cerita-cerita dari kakak kelas

Seringkali anak didik dari suatu sekolah adalah adik dari kakak yang pernah sekolah di sekolah tersebut, tetangga, adik teman. Tidak semua anak memilih karena mereka ingin menguasai suatu bidang ilmu. Ada juga yang memilih karena sekolah tersebut longgar, murah, dan pasti lulus.

Banyak sekali faktor yang mempengaruhi bagaimana kita harus membuat evaluasi pembelajaran, kalau di kurikulum 2013 bahkan harus menilai nilai spiritual seperti ibadah, penialain antar teman, penilain sejawat dan masih banyak lagi yang lain. 
Banyaknya komponen penilaian ini membuat guru menjadi tidak bisa tidur bila dikerjakan sungguh-sunguh. tapi bila asal ("seorang pasti mengerti kemampuan anak didiknya sehingga bisa menilai dengan cepat"), maka semua komponen penilaian jadi terabaikan.


0 komentar: